Friday, June 4, 2010

“Ignorance“, Kesombongan, dan Keterkutukan – 3 Fasa Metamorfosa Penghancur Kemuliaan Iblis

Tulisan dalam blog ini, adalah hasil perelungan dan interpretasi pribadi saya terhadap terjemahan dari ayat suci Al-Quran yang sempat saya baca beberapa hari lalu. Karena hanya merupakan perelungan pribadi, tentu saja hikmah yang saya petik bukanlah suatu “general truth“, karena sebagaimana prinsip universal para pencari kebenaran, “Kita boleh mengklaim diri sebagai pencari kebenaran, tapi kita tidak boleh mengklaim diri sebagai kebenaran itu sendiri, kebenaran absolut hanya dimiliki oleh Sang Maha Benar itu sendiri“. Walaupun hanya perelungan pribadi, saya rasa berdiskusi, bertukar fikiran, dan berbagi hasil eksplorasi pribadi dengan niat murni (insyaallah) untuk lebih mengenal Tuhan (bukan untuk "show off" pengetahuan atau untuk berdebat kusir) adalah hal yang baik.


Sebagai awal inspirasi penulisan blog ini, mari kita simak terlebih dahulu terjemahan dari QS Al-Baqarah ayat 30 -34.

[30] "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.""

[31] "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!""

[32] "Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.""

[33] "Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?""

[34] "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir."


Ayat diatas menceritakan curahan hati kegelisahan malaikat yang dahulunya merupakan "mahluk emas" dari Allah swt. Malaikat mempertanyakan alasan Allah swt. untuk menciptakan mahluk baru bernama manusia itu. Ide penciptaan manusia ditentang keras oleh Malaikat yang menekankan proposisi-proposisi dari potensi destruktif manusia. Malaikat dengan keterbatasan akalnya, bersikeras bahwa penciptaan manusia hanya akan berakibat buruk.


Namun sebagaimana hakikat hasil rancangan, "Sang Perancang" adalah Tuhan yang logisnya lebih digdaya dari hasil rancangan. Sang Perancang memiliki pengetahuan yang tidak dapat dijangkau oleh kemampuan berfikir ciptaannya. Dalam kasus penciptaan manusia, Tuhan memberikan kemampuan untuk mengembangkan diri secara dinamik melalui proses pencarian ilmu. Salah satu hakikat kemuliaan manusia adalah kemampuan untuk "mengenal nama nama benda", kemampuan untuk mengembangkan diri dan melakukan eksplorasi hal-hal yang tidak diketahui bahkan oleh malaikat sekalipun. Dan karena kemampuan manusia untuk mengekstraksi ilmulah, sang malaikat pun harus bersujud dengan sportif mengakui keunggulan mahluk baru bernama manusia ini.


Kesalahan terbesar iblis ada pada ketidak sportifannya dalam mengakui keunggulan manusia. Mungkin karena merasa senior dan tercipta dari zat yang dianggap lebih baik dari manusia, iblis dengan sikap "ignorance"nya tidak mau dengan sportif mengakui keunggulan mahluk junior itu (manusia). Dan karena sikap tidak sportif dan tinggi hati dari iblis, maka Allah swt. menjadi sangat murka. Dengan sikap "ignorance" yang merujuk pada sikap tinggi hati yang tidak pada tempatnya, iblis terpaksa harus terjungkal dari tempat paling mulia menjadi mahluk yang paling dilaknat dengan jaminan memasuki tempat yang hina (neraka) secara abadi. Kesenangan sementara yang didapat Iblis adalah dengan menghasut dan menjerumuskan manusia untuk menemaninya terjerembab bersama di neraka. Iblis tidak ridho terjerembab sendiri ia selalu mencari kawan untuk dibujuknya menemani kemalangannya.



Okie.. apa pelajaran yang bisa kita petik dari eksplorasi tadi? Hal pertama yang dapat dimaknai, sebagai ciptaan dari Sang Pencipta kita harus menghindari sikap "sok tau" dan menghindari sikap "ngengkel" dari garis-garis yang telah Allah swt rancang. Kita boleh bertanya dan bersikap kritis, namun kita harus selalu ingat kodrat kita sebagai "hasil rancangan" yang bagaimanapun juga harus tetap berada pada rel yang telah dirancang Allah swt. Sepintar apapun hasil rancangan, bagaimanapun Allah memiliki dimensi pengetahuan yang jelasnya tidak tergapai oleh rasionalitas hasil rancangan.


Hal kedua yang dapat dihikmati adalah, sikap tidak sportif dan kesombongan pada status quo adalah hal utama yang menyebabkan terjungkalnya Iblis dari surga. Walaupun tau manusia lebih unggul dalam satu hal, merasa manusia diciptakan dari zat yang lebih hina, Iblis enggan menyematkan hormat. Dan karena itulah Allah swt. murka. Bagaimana dengan kita? Apabila ada junior kita yang lebih pintar dan potensial dari kita, akankan kita respek atau justru menjerumuskannya? Akankah kita terhina karena ketidak sportifitas kita atau bersikap elegan dan tetap berada di tempat mulia dengan sedikit merendahkan ego kita dan bersikap apresiatif terhadap orang yang memang lebih unggul dari kita? Ignorance (Ke "masa-bodo" an) terhadap keunggulan seseorang dan kesombongan adalah hal utama yang menggelincirkan Iblis. Dan pangkal dari masalah itu sebenarnya ada pada masalah egoisme. Semoga kita terjaga dari sikap yang demikian.


Hal terakhir yang menjadi titik tekan dari keunggulan manusia adalah "kemampuannya untuk mengenal nama nama benda". Sejalan dengan ayat yang menjamin terhormatnya kedudukan orang-orang berilmu, manusia diberi kemampuan untuk melakukan eksplorasi ilmu mandiri sehingga ia mampu dengan dinamik memperbaiki diri. Dengan ilmu itu ia dapat selalu menumbuhkembangkan peradabannya. Oleh karena itu manusia harus selalu giat mengembangkan dan melakukan eksplorasi-eksplorasi ilmu yang bermanfaat. Karena dengan pengetahuannya "mengenal nama nama benda" tersebut bahkan malaikat pun harus bersujud menghormat mahluk yang sejatinya bersal dari sari pati tanah ini.


Maafkan atas segala kesalahan dan keterbatasan dalam melakukan eksplorasi. Tulisan tidak lebih dari berbagi hasil persepsi pribadi. Segala benar datanya hanya dari Allah swt. dan segala kealfaan datangnya berasal dari keterbatasan saya sebagai manusia biasa. Wallahu Alam Bishawab.


Tulisan ini juga dapat dibaca di blog PPMR ini.

No comments:

Post a Comment