Sunday, October 9, 2011

Jejak Langkah - Premoedya Ananta Toer - Ulasan Sementara

Hfiuh..

Tak terasa habis juga akhir pekanku membaca 12 bab awal dari roman ke-3 seri dari seri Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Roman ketiga ini berjudul Jejak Langkah. Terus terang, 200 halaman pertama terbuang dengan menjemukan. Di bagian awal itu, diceritakan lika-liku kehidupan Minke selama menjadi kadet di sekolah kedokteran STOVIA (De School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), juga pernikahan keduanya yang berakhir tragis seiring dengan kematian Mei istri keduanya. 


Nyaris berhenti karena kebosanan, cerita dinamika kehidupan Minke setelah ia keluar dari STOVIA itu yang justru membuatku ketagihan untuk kembali membacanya. Pengalamannya dengan Syarikat Priyayi, Thamrin Mohammad Thabrie, pendirian tabloid pers pribumi pertama (konon), hubungannya dengan Boedi Oetomo, Soetomo dan dokter pensiunan yang mempelopori kampanye pentingnya organisasi dalam pergerakan (tebakanku: dr. Wahidin Soedirohusodo) sangatlah menarik.


Baru kumengerti mengapa penceritaan hidup di masa sekolah Minke di STOVIA harus juga disampaikan. Karena memang pergerakan bangsa ini dicikali oleh kaum priyayi dokter pribumi yang bersekolah di STOVIA. Alur cerita yang mengambil setting awal pergerakan intelektual bangsa ini (berdirinya Boedi Oetomo, media dan segala sisi menariknya), cukup mencengangkan. Sekalipun roman ini termasuk kedalam kategori fiksi, setidaknya penulis berhasil menuntun anganku untuk memahami kondisi masyarakat intelek disaat itu, menurut versinya tentunya. Sekitar 200 halaman lagi tersisa, menarik untuk mengetahui kelanjutan cerita dari si Minke ini. Seorang pemberontak, seorang yang (dapat dianggap terlalu) bebas, seorang yang sadar akan pentingnya bergerak untuk perbaikan, seorang tokoh yang merepresentasikan ke"gila"-an penulisnya, Pramoedya Ananta Toer. Menarik.. semoga ku bisa luangkan lagi untuk membaca eksplorasi-eksplorasi manusia.. disela jadwal riset yang padat ini..

No comments:

Post a Comment