Saturday, March 19, 2011

Humbala...

Kutub..
Jauh di ujung menyepi..
Tepi sendiri mencengkram bumi..
Dingin semilir tiada peduli..
Hanya peduli si benar peduli..
Beberapa dari berjuta, pasti..

Khatulistiwa..
Meregang senang dibasuh sang surya..
Terombang nyiur dilenakan nirwana dunia..
Hangat senyumnya menyamarkan pijakannya..
Terbius semua oleh liukannya..
Berjuta bukan beberapa, itulah dia..

Duhai sang Kutub pemaku bumi…
Terpuji engkau diujung semedi..
Berdiam dibeku dikudakan norma..
Dipuja dilupakan dielukan dicaci..
Berpaling engkau dari semua..
Nikmati cumbu rindu nyanyian langit..
Sang langit dalam relung yakinmu..

Duhai Khatulistiwa pelintang dunia..
Terpuji engkau diatas suka duka..
Tangis tawa cucu adam hawa..
Selimut hangatkan ciptakan rona..
Cepat putarmu membuat hidup mereka berlari..
Dalam cerianya rotasi bumi..
Dalam timbul tenggelamnya aji-aji..

Dinamika adalah kemenarikan..
Statika adalah kekolotan yang tak mungkin terjadi disini..
Duhai Semesta..
Semua titikmu bergerak dan slalu bergerak..
Berlari dan terus berlari tanpa mau berhenti..
Dua titik tetap diam
Sementara lainnya mengitari menyanyikan lagu humbala..
Berputar bingung pada sumbu kolot itu..
Pada petapa yang tetap diam..
Tetap dingin.. tetap tidak menarik.. tetap membosankan..
tetap terlarut pada rindunya..
Rindu yang tiba kala semua porak poranda..

Semesta berbicara..
Manusia menentukan..

No comments:

Post a Comment