Sunday, January 10, 2010

Good Management Practice - Personel Evaluation

Ide dari tulisan ini lahir dari pertemuan evaluasi tahunan saya dengan atasan saya minggu lalu. Sebelumnya saya bekerja di sebuah perusahaan automotif yang ketika itu sedang jaya-jayanya, General Motors Europe. Namun disana saya tidak pernah dievaluasi dalam format seformal ini, wajar, mungkin karena ketika itu saya hanya seorang mahasiswa magang yang bekerja sebagai database programmer dan mengerjakan simulasi kecil yang berkaitan dengan evaluasi kebijakan transportasi perusahaan. Walaupun begitu, alhamdulillah saya ditempatkan di kantor pusat (Ruesselsheim Jerman), dimana atasan saya langsung adalah seorang manager, dan satu tingkat diatasnya adalah direktur dari supply chain management utk seluruh suku cadang GME. Logikanya, direktur tidak memiliki waktu 15 menit utk mengevaluasi mahasiswa bawahan managernya, dan memang ya saya tidak pernah dievaluasi langsung oleh direktur saya.

Kini posisi saya pun tidak banyak berubah, hanya seorang kroco, peneliti s3 junior. Saya memiliki satu orang supervisor bergelar doctor dan satu orang supervisor professor senior. Hal yang berbeda dalam tempat kerja kali ini (RSM - Universitas Erasmus Rotterdam) adalah cara department mengevaluasi pekerjanya. Untuk pekerja yang relatif kecil seperti saya, saya dievaluasi langsung oleh kepala departemen (yang jauh lebih senior dari professor senior saya), dan bulan depan direktur badan riset tempat saya bekerja (ERIM) (moga lancar amin.. hfiuhh stressig).



Dalam evaluasi tahunan itu, saya diharuskan menyiapkan dokumen mengenai pencapaian yang telah saya raih selama tahun evaluasi. Dalam dokumen itu saya tulis dengan rinci semua pekerjaan yang telah saya lakukan beserta daftar deliverables konkrit yang telah saya hasilkan (misal, mengajar, tulisan ilmiah, networking, keaktifan dalam grup-grup riset kampus). Selain itu, saya juga diharuskan mempersiapkan dokumen excel yang merangkum semua pengeluaran saya yang dibebankan pada departmen (misal uang konferensi, transport, hotel, dan juga proyek kampus yang menghasilkan uang untuk departmen), dengan cara ini atasan tau sebagaimana produktif atau boros pegawainya dibandingkan performa kerja yang telah dicapai. Dokumen terakhir yang saya harus siapkan adalah target rencana tahun depan yang saya rasa berkomitmen untuk memenuhinya. Semua dokumen itu didiskusikan ketika rapat evaluasi, ditandatangani oleh pihak yang terlibat, dan dokumen2x tersebut diarsipkan dalam arsip personal pegawai sebagai bahan evaluasi tahun depan.



Cukup menakjubkan, cara pimpinan melakukan evaluasi di tempat kerja yang sekarang ini. Saya taksir minimal 3 hari penuh ia luangkan untuk bertemu dengan seluruh bawahannya secara personal (padahal bagi orang sekelas beliau menit demi menit begitu berarti). Dengan kondisi ini setiap bawahan akan merasa bahwa ia diperhatikan oleh atasan tertingginya. Ia akan merasa bahwa kerja kerasnya akan diapresiasi, dan tantangan2x kerjanya juga didengar. Dan satu lagi, pertemuan reguler tahunan ini juga memacu bawahan untuk terus meningkatkan diri di tahun berikutnya. Karena secara psikologis, bawahan sudah menentukan target yang ia inginkan, dan target itu biasanya melebihi dari pencapaian tahun sebelumnya. Hal ini menstimulasi pegawai untuk bekerja lebih baik dari tahun sebelumnya. Dan juga menstimulasi pegawai untuk bekerja lebih baik dari rekan kerjanya (dengan cara yang positif), karena ia sadar atasan melakukan asesmen pada semua pegawai, dan tentunya kita tidak mau jadi pegawai dengan performa marginal dibanding rekanan kerja kita.

Demikian blog singkat saya. Saya tau saya bukan siapa-siapa dan pengalaman saya bisa jadi hanya memenuhi inbox anda. Tapi saya berpendapat, berbagi pengalaman kecil yang berguna akan selalu lebih bermanfaat bagi orang banyak dari pelajaran yang dipendam. Okie, Nice Weekend.

No comments:

Post a Comment