Saturday, October 24, 2009

Hmmh.. Andaikan tidak ada ujian.. (Perspektif Penguji)

Saat kita harus menghadapi ujian yang hasilnya sangat berarti bagi masa depan kita, acapkali kita mengalami tekanan psikis dan fisik berlebih karena harus melakukan persiapan ujian dengan serius. Terkadang kita berfikir,“.. Hmmh.. andaikan tidak ada ujian, pastinya aku bisa bersantai dan melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan..“

Dilain pihak mungkin kita lupa untuk berfikir bahwa pihak penguji juga berfikir hal yang kurang lebih sama. Terlebih apabila si penguji/ pemeriksa ujian/ seleksi/ assessor harus memeriksa berkas yang relatif banyak. Dari “curhat“ teman2x, senior, dan supervisor, mengajar adalah salah satu hal yang paling menyenangkan dalam kehidupan akademik. Tapi ketika harus berhadapan dengan masa ujian, terlebih dengan kelas dengan jumlah mahasiswa yang relatif banyak, mengoreksi adalah hal terakhir yang ingin dilakukan akademisi (atau mungkin itu hanya terjadi pada saya yang pemalas.. hehehe:p). Dan ternyata hal yang sama juga dapat mengiang di kepala penguji,“.. hmmh.. andaikan tidak ada ujian, pastinya aku bisa bersantai dan melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan..“

Saya hanya ingin berbagi pengalaman yang mungkin berguna bagi kita semua. Bayangkan penguji harus memeriksa 150 lembar ujian mahasiswa, apabila tiap lembar membutuhkan waktu 5 menit, sekurang-kurangnya 750 menit harus ia alokasikan untuk menyelesaikan seluruh koreksian. Dan layaknya manusia biasa, mengerjakan hal yang sama berulang-ulang adalah suatu hal yang menjemukan dan membosankan.

Jadi apa yang bisa kita lakukan untuk “mencuri" kesan baik dari kejemuan si penguji?

“Don‘t judge a book by its cover“ itulah kata2x bijak yang sering kita dengar. Dalam kondisi yang super rutin, terkadang “mood” pemeriksa sangatlah bergantung pada tampilan dari laporan/ lembar ujian. Seringkali tampilan dan format yang menarik meningkatkan „mood“ dari penguji untuk memeriksa dan "mood“ untuk memberi nilai tambahan untuk lembar ujian/laporan yang “mengundang“. Persedikit coretan2x yang "memperkeruh" lembar ujian. Dalam konteks membuat laporan, luangkan waktu lebih untuk sekedar merapikan spasi, menambahkan “header-footer“ tuk memberikan kesan profesional, dll.

“KISS- Keep It Simple Stupid.. :p“ sebuah istilah yang cukup kasar tapi mungkin bisa kita selami juga hikmahnya. Dalam soal2x penjabaran argumentasi, gunakan poin-poin pokok permasalahan untuk memadu penjelasan, hindari paragraf2x panjang yang tidak merujuk pada satu pikiran utama tertentu. Hindari bercerita sesuatu yang memang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan. Ingat penguji dalam kondisi lelah, dan penjabaran cerita yang bertele-tele hanya akan membuatnya semakin jemu.

Seperti orang bilang “Sebuah gambar menjelaskan lebih dari ribuan kata”, penggunaan gambar, diagram alir, atau skema2x yang menjelaskan pokok permasalahan dengan lebih deskriptif dapat menyederhanakan kerja penguji. Seringkali manusia lebih tertarik untuk memahami masalah dalam bentuk diagram daripada memahami paragraf panjang.

Hmmh.. Hal ini juga bisa dipakai dalam konteks yang lebih luas.. Sebagai contoh, bertemu dengan supervisor yang jadwalnya super ketat dan memiliki sedikit waktu untuk memeriksa laporan juniornya:p Contoh lain, bertemu pewawancara yang harus mewawancarai banyak orang, atau konteks2x lain dimana anda adalah satu dari seribu orang yang diuji. Satu hal yang bisa kita lakukan adalah memberikan kesan yang terbaik dalam selang waktu yang super sedikit untuk mendapat nilai dan kesan terbaik (seperti biasa lebih mudah diucapkan daripada dilakukan hehehe:p). Walaupun pada akhirnya, dan seharusnya, nilai ujian akan bergantung pada tingkat penguasaan materi ujian, hal yang tidak bisa kita lupa adalah selama penguji manusia, maka "kesan" yang ditinggalkan pada lembar ujian/laporan adalah juga hal yang sangat menentukan "mood" penguji.

Dan jangan lupa kapanpun kita berhadapan dengan ujian.. dalam waktu tak lama setelah ujian usai, si penguji juga mungkin akan berguman hal yang sama dengan anda ,“.. hmmh.. andaikan tidak ada ujian, pastinya aku bisa bersantai dan melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan..“.



Salam
Meditya Wasesa


nb. tulisan ini murni ditulis berdasarkan perspektif subjektif pribadi.

1 comment:

  1. Heheh, betul Bos. Penampilan bisa membantu penilaian. Saya pernah mengalaminya.
    Jafar.

    ReplyDelete