Saturday, August 22, 2009

Kepercayaan, Sains, dan Teknologi…

Semakin saya terlibat dalam kegiatan penelitian, proses dimana kreasi/ penemuan prostulat-prostulat keilmuan dilakukan, semakin saya mempercayai akan kekuatan yang lebih digdaya dari sains dan teknologi itu sendiri.

Dan itu adalah kepercayaan (“belief”)..

Dalam pengalaman saya (yang saya sadar masih sangat minim), perumusan teori atau formulasi solusi dari suatu permasalahan biasanya dimulai dari proses konsepsi..
Konsepsi biasanya diawali dengan pemodelan dari kepercayaan dan asumsi-asumsi yang dipercayai oleh sang peneliti..
Apabila proses perancangan konseptual yang dilakukan telah diselesaikan dengan matang, biasanya dilakukan verifikasi dan validasi dari rancangan konsep terhadap kondisi riil.
Proses verifikasi dan validasi inipun sifatnya bersikap situasional, semua kondisi2x tes telah diatur cermat dengan sedemikian rupa.
Sangat mungkin rancangan konsep yang disiapkan bekerja dengan baik di kondisi tes yang telah disiapkan, tapi tidak ada satupun yang dapat menjamin bahwa rancangan yang telah difikirkan akan bekerja pada situasi dan kondisi yang lebih umum.
Dan bukan hal yang aneh suatu rancangan yang telah berkali2x lulus tes laboratorium mengalami gagal jalan ketika diaplikasikan pada situasi dan kondisi operasi yang persis sama dengan situasi tes.

Mungkin saya terlalu romantik dan terkesan mengambil jalan singkat..
Bagi saya itu semua berujung pada proses formulasi masalah itu sendiri..
Yang dibangun pada “belief”.. dan yang menentukan apakah “belief” yang digoreskan peneliti untuk memformulasikan masalah pada awal konseptualisasi adalah “belief” diatas “belief”…

Dan saya percaya itu adalah ujung dari segala ujung, “belief” dari segala “belief”…

Memang selalu ada cara untuk merasionalisasi penyebab masalah sistem yang tidak berjalan sesuai dengan rancangan awalnya..
Dan itu biasanya diimplementasikan pada, usaha2x penyelidikan dari faktor2x penyebab tidak berjalannya sistem yang dirancang tsb..
Tapi bagaimanapun.. usaha penyelidikan itu tidak instan, dan bisa jadi ketika faktor penyebab telah ditemukan, kondisi dilapangan yang begitu dinamik membuat penemuan hasil penyelidikan tidak lagi valid..
Dalam kondisi dimana kecepatan penyelidikan lebih kecil dari pada dinamika perubahan lingkungan, proses penelitian hanyalah suatu hal yang sia-sia..

Sekarang pertanyaannya adalah siapa yang dapat menjamin kebenaran dari suatu "belief"..
Siapa yang dapat menjamin formulasi teori yang sudah dilakukan dapat diaplikasikan dengan baik..
Siapa yang dapat menjamin keberhasilan suatu teori yang diformulasikan oleh manusia yang jelas-jelas terbatas daya abstraksi dan imajinasinya..
Dimanakah kita bisa temukan “belief” yang tidak diragukan lagi kebenarannya…

Dan adakah hak kaum cendekia untuk berbesar kepala akan teori2x yang dibangun dari “belief”2x tervalidasi atas kemurahan Sang "belief" yang maha benar…

"Eniwei" Saya hanya berbagi pemikiran dan pencarian naïf saya kepada saudara2x yang sama-sama mencari..


Salam,
Meditya Wasesa

No comments:

Post a Comment