Assalamualaikum Wr Wb
Sebagei teknokrat/cendekia junior kadang2x kita terjebak dalam kesibukan penelitian kita demi terciptanya suatu karya yang biasanya ter"konkrit"kan dalam bentuk jurnal ilmiah.
Salah satu indikator keberhasilan ilmuwan adalah ketika ia mampu menulis karya tulis dengan "impact factor" yang besar. Parameter mudahnya adalah seberapa sering tulisan kita dikutip oleh ilmuwan lain dalam tulisan mereka..
Bagi saya pribadi hal itu relatif "vague" dan kurang kongkrit karena rantai manfaat kepada kehidupan masyarakatnya secara langsung relatif sulit dilacak..
Sebagai tantangan konkrit yang bisa kita ambil sebagai bahan perbandingan.. bandingkan apa yang sudah kita hasilkan dengan "tim" yang berhasil mengembangkan software islamic finder (http://www.islamicfinder.org/). Dengan pengembangan software tsb, tim itu setidaknya memiliki "impact factor" kongkrit dengan mempermudah seluruh umat muslim di dunia dalam menentukan arah kiblat, dan waktu shalat di seluruh dunia.
Dan saya yakin selama seluruh dunia menggunakan software tersebut, tim tersebut mendapat "share" pahala yang berkelanjutan dari umat muslim seluruh dunia.
Demikian juga dengan teknologi-teknologi yang mendahulukan "manfaat" bagi orang banyak seperti online quran reciter http://www.quranexplorer.com/Quran/Default.aspx atau katalog hadits online http://www.quranexplorer.com/Hadith/English/Index.html yang dapat dipergunakan orang seluruh penjuru dunia untuk mengkaji ilmu Tuhan.
Sebagaimana petikan hadits berikut yang sejenak mengingatkan kita akan tanggung jawab yang melekat pada kita sebagai ahli dalam bidang kita masing-masing
” Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain ” (HR. Bukhari).
Jadi menurut saya walaupun Tuhan sudah menjanjikan keutamaan bagi orang2x yang memiliki ilmu yang lebih..
" Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan Orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat " (QS. Al Mujaadilah 58 : 11)
Ilmu itu memang akan menjadikannya tinggi beberapa derajat. Namun ketinggian derajatnya itu tidak otomatis membuat dia orang yang "baik". Karena orang yang baik adalah yang mampu mengkonversikan pengetahuannya menjadi secercah manfaat bagi orang banyak. Dan dalam proses konversi itu si empu ilmu pengetahuan akan mendapat pilihan remunerasi bisa dalam bentuk materiil atau bonus keridoan Tuhannya bila memang diniatkan Lillahi Ta'ala. Dan urutannya terbalik, bila Tuhan ridho maka kebutuhan hambanya akan Ia cukupi. Namun bila kebutuhan duniawi seseorang tercukupi bukan berarti ridho Tuhannya ia dapat.
Sekedar pertanyaan kepada diri pribadi yang saya bagi kepada kawan2x sesama teknokrat/cendekia junior. Okelah mungkin kita akan insyaallah menjadi seorang ahli dalam bidang kita.. insyaallah kalau Allah berkenan.. pertanyaan yang paling menampar adalah "Berapa "impact factor" kongkrit dari adanya kita dalam masyarakat?" ataukah kita akan menjadi ahli yang mampu membawa manfaat hanya pada diri kita sendiri, dan justru menggunakan ilmu untuk merusak masyarakat (dengan topeng keahlian kita) naudzubillahimindzalik.. layaknya yang tertera pada ayat berikut..
"Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk." (QS Al Baqarah:13-16)
Selamat bekerja keras.. Semoga kita tidak hanya menjadi ahli.. namun juga menjadi orang yang mampu memberi manfaat dengan keahlian kita.. amin.
Dan sebagaimana biasa hikmah selalu lebih mudah dikatakan daripada dilaksanakan.. oleh karenanya orang2x yang mencapai keutamaan pada akhirnya hanya sedikit.. Sekedar berbagi pemikiran dari teman anda yang masih begajulan..
Wassalamualaikum Wr Wb.
Meditya Wasesa
"...inna aqramakum 'indallahi atqakum.." Karena pada hakekatnya kita dicipta hanyalah untuk beribadah/mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam arti yang luas. Semoga sedikit pengetahuan yang kita miliki (dibandingkan luasnya ilmu Allah) bisa memberi kemaslahatan kepada orang-orang di sekitar kita dan semata mengharap ridho Allah Azza wa Jalla. Salam kenal Mas. Saya Heri dari Malang dan InsyaAllah akan melanjutkan studi di IHS Rotterdam.
ReplyDelete