Hari ini, 4 November 2009, sekitar pukul 5 sore CET, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti sesi tanya jawab bersama Daniel Kahneman (http://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_Kahneman). Ia adalah seorang ahli ekonomi/psikologi peraih Nobel 2002 yang memperkenalkan teori prospek (intinya, dalam pengambilan keputusan, manusia tidak selalu bertindak rasional dan cenderung memiliki modus pengambilan keputusan yang dinamik bergantung pada konteks pengambilan keputusannya (misal profil resikonya)).
Bersama teman sekantor saya, yang juga mahasiswa phd junior, kami merasa beruntung untuk mendapat “lotre” dari 30 orang yang dipilih untuk mengikuti kelas ini (rata2x profesor2x dan peneliti2x yang lebih senior). Walaupun kami tampak “culun” dan "dungu" kami sangat bahagia bisa berada di dalam kelas kecil bersama beliau.
Kahneman mendarat siang ini di Amsterdam dan kemudian menyumbangkan waktunya untuk bertemu “fans”2xnya di Universitas Erasmus (Rotterdam). Dengan gaya kakek2x yang hangat dan bersahaja ia memandang satu2x peserta sesi tanya jawab ini dengan ramah dan senyum. Tidak tampak lelah dan “bete” dari raut wajah ekononom top ini, sebuah karakter yang langka dari seseorang yang meraih penghargaan ekonomi terlangka di dunia.
Satu hal yang membuat saya kagum bukan pada pencapaiannya dalam pencapaian karirnya. Karakternya yang bersahaja menyemburatkan kematangan pribadinya. Pada sesi tanya jawab ini berkali2x ia menunjukkan kerendah-hatiannya.
Sebagai contoh, ketika ia ditanya sesuatu yang dia rasa dia tidak memiliki pengetahuan di dalamnya, ia tidak ragu untuk berkata, “Saya tidak tahu, bisakah anda “menuntun” saya sehingga saya dapat mengerti konteks pertanyaan anda, sehingga saya dapat coba untuk memberi pandangan?”.
Contoh lainnya, seorang peneliti muda bertanya, “Bagaimana menurut pandangan anda mengenai prospek pengembangan teori X (maaf saya lupa hehehe:p) dalam perkembangan ilmu kedepan”, Berfikir sejenak kahnemann menjawab,” well, bagaimana bisa aku menjawab tentang prospek bidang ini di masa depan.. aku adalah bagian dari masa lalu.. anda yang lebih tau kemana generasi anda akan bergerak.. tapi saya akan coba untuk memberi pandangan .. saya rasa kedepan priming akan mendapat perhatian yang lebih dsb.. dsb.. dsb.. ..”
Pernyataan Kahneman yang saya akan ingat adalah ketika seorang professor bertanya mewakili mahasiswa. Pertanyaan beliau adalah, “Sebagaimana anda bisa lihat, ada beberapa peneliti2x muda di ruangan ini, nasihat apa yang anda bisa berikan kepada mereka?”.
Sejenak berfikir, Kahneman pun kembali menjawab, “Saya tidak yakin apakah jawaban saya akan berguna bagi kalian.. tapi setidaknya ini saya terapkan dalam hidup saya dan berhasil.. saya coba bagi juga untuk mahasiswa2x bimbingan saya, dan beberapa dari mereka meraih manfaatnya beberapa tidak.” Kahneman menghela nafas dan melanjutkan nasihatnya, “Satu hal yang dapat saya bagi untuk peneliti muda adalah “Don’t be Stubborn..” (janganlah menjadi seseorang yang keras kepala), apabila satu hal memang terbukti tidak berjalan dengan baik cobalah untuk mencari jalan lain…, jangan menghabiskan terlalu banyak waktu berargumentasi pada hal2x yang memang terbukti tidak berhasil.. (Jangan berhenti mencoba hal2x lain mungkin itu inferensi-nya)”
Diakhir acara saya dan teman saya berusaha untuk mencuri waktu untuk sekedar berjabat tangan. Dikarenakan agenda Kahneman cukup padat maka kami tidak mungkin melakukannya terlebih kerumunan orang disekitarnya yang notabene professor2x senior.
Well hidup adalah penuh kejutan, penuh tawa, dan penuh tangis, Alhamdulillah Tuhan telah memberikan kejutan-kejutan dalam hidup yang membuat hidup hambanya sempurna. Walaupun hidup takkan pernah sempurna dan selalu dipenuhi baik dan cacat disana-sini, seseorang bisa menganggap hidupnya penuh luka dan seseorang juga bisa menganggap hidupnya penuh suka.
Mencuri kutipan dari "Mbah" Einstein,"Put your hand on a hot stove for a minute, and it seems like an hour. Sit with a pretty girl for an hour, and it seems like a minute. That's relativity." hehehe :p
Mencuri konsep teori prospek Kahnemann, dalam pay off yang sama, yang membedakan adalah bagaimana orang tersebut memposisikan dirinya dan persepsinya dalam keadaan tersebut. Jadi pilih bersyukur atau mengeluh.. (lebih pertanyaan ke diri sendiri si :p) Wallahu Alam bishawab.
Salam,
Meditya Wasesa
Ps. Isi tulisan ini tidak ditulis secara persis kata-perkatanya dan hanya berdasarkan ingatan dari pesan utamanya saja yang cenderung subjektif, bagaimanapun saya menyimpan rekaman audio dari diskusi ini bagi yang tertarik mendengarkan sesi ini secara terperinci.
No comments:
Post a Comment