Kali ini saya akan coba berbagi mengenai persepsi yang didapat selepas membaca buku karangan BJ Habibie: "Detik-Detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi". Sebenarnya buku ini sudah saya miliki sejak empat tahun lalu, namun baru kali ini saya berkesempatan untuk menyelesaikannya. Sebagai artifak (yang mungkin ditujukan sebagai bukti) sejarah, gaya bahasa formil pada buku ini menguji "kesungguhan" (kejenuhan :p) pembaca untuk menyelesaikan isinya.
Sebagai anak emas mantan presiden RI-2 Soeharto yang dipercaya sebagai menteri riset dan teknologi selama dua puluh tahun dan akhirnya sebagai wakil presiden, BJ Habibie pada akhirnya menggantikan gurunya sebagai presiden RI-3. Masa pergolakan negeri tahun 1998 yang ditandai dengan krisis multidimensi, hiperinflasi, anarkisme, dan berbagai ketidakpastian sosial politik dan ekonomi yang memaksa keruntuhan dinasti Soeharto itu harus dijawab dengan berbagai langkah-langkah perbaikan yang kongkrit dan terarah. Dalam buku ini Habibie menerangkan berbagai "artifak-artifak" kebijakan yang ia konkritkan dalam mempersiapkan kehidupan berbangsa yang madani. Dalam buku ini, Habibie mendeskripsikan berbagai pertimbangan dan prosesi pegambilan kebijakan penting yang mengubah kehidupan bangsa Indonesia dari tradisi-tradisi sebelumnya seperti penghapusan hukum subversi, pembebasan tahanan politik, penjaminan kebebasan pers, desakralisasi institusi presiden, penyelesaian masalah Timor Timur, sistem pemilihan umum langsung, otonomi daerah, hingga proses revitalisasi ekonomi pra krisis moneter 1998, (contoh, penyehatan Bank-Bank bermasalah,pendirian Bank Mandiri, independensi Bank Indonesia, dll.).
Sangat menarik untuk membaca tulisan yang langsung ditulis oleh "si" pelaku sejarah langsung. Setidaknya kita mendapatkan gambaran tentang persepsinya tentang kondisi saat itu, jalan fikiran dan metodologi penyelesaian masalah yang ia terapkan, pengaruh-pengaruh pemikiran yang ia percaya dalam memilih kebijakan, dan berbagai dinamika kehidupan (tekanan-tekanan) yang ia alami. Sebuah artifak sejarah yang ditulis langsung oleh pelaku sejarah tentunya sangat berharga. Terlepas dari menarik/tidaknya gaya penulisannya, tentunya artifak langsung mengandung lebih sedikit bias bila dibandingkan dengan cerita dari sudut pandang orang ketiga keempat dan selanjutnya, yang bisa saja menarasikan sesuatu dengan persepsi yang jauh berbeda dari apa yang dimaksudkan si pelakunya.
Dengan membaca buku ini, jelaslah bahwa Habibie-lah arsitek dari semua perangkat pendukung desentralisasi/demokratisasi di Indonesia. Satu hal lain, Dia juga yang bertanggung jawab atas pemulihan perekonomian pasca krisis 98. Dalam buku ini ia juga mendeskripsikan pergolakan perpolitikan yang sedemikian panas dan dinamiknya pada masa itu..
Tanpa menjadi politis, buku ini menyimpan informasi yang sangat penting bagi siapapun yang tertarik mempelajari masa reformasi 98, tuntutan zaman, dan implikasinya dalam bentuk kebijakan yang dikonkritkan Habibie. Terimakasih Pak Habibie atas buku yang telah ditulis.