Sunday, March 27, 2011

Nice Quotes .. Kutipan Menarik..

"Das problem ist heute nicht die Atomenergie sondern das Herz des Menschen./ (Kini) permasalahan (utama) bukanlah terletak pada (hal-hal yang berkaitan dengan) energi nuklir, melainkan lebih kepada masalah hati umat manusia." (Albert Einstein).

"Ask God to work faith in you, or you will remain forever without faith, no matter what you wish, say, or can do./ Mohonlah pada Tuhan untuk menetapkan keyakinan dalam dirimu, atau kau akan tetap tinggal tanpa keyakinan tanpa peduli apa yang kau harapkan, katakan, atau dapat kerjakan." (Martin Luther).

"To forget one's purpose is the commonest form of stupidity./ Melupakan tujuan hidup (awal) adalah keteledoran yang paling mafhum terjadi" (Friedrich Nietzche).


"Nur der Mensch, der sein Leben lang gearbeitet hat, kann sagen: Ich habe gelebt./ Hanya orang-orang yang telah membangun hidupnya (dari hasil keringat dan pengalamannya) sendiri dapat (berhak) mengatakan (dengan sesungguhnya), saya telah melewati (memaknai) hidup." (Wolfgang von Goethe).

"Reason has always existed, but not always in a reasonable form./ Selalu ada penjelasan dari suatu fenomena, namun penjelasan itu tidak selamanya dapat dijelaskan (secara explisit)." (Karl Marx).

"One question that has concerned me very much is, To whom does the earth belong?/ Satu pertanyaan yang telah banyak mengusik diriku adalah: Siapa pemilik alam semesta ini?" (Heinrich Boell).

"Saya menganggap suatu kehormatan, bila seseorang datang berkilo meter untuk sekedar mengunjungi dan menghabiskan waktu denganmu/ I think it's a great honour, if somebody travels hundreds of kilometers just to meet and spend sometime with you." (Meditya Wasesa, LOL).

Saturday, March 19, 2011

Humbala...

Kutub..
Jauh di ujung menyepi..
Tepi sendiri mencengkram bumi..
Dingin semilir tiada peduli..
Hanya peduli si benar peduli..
Beberapa dari berjuta, pasti..

Khatulistiwa..
Meregang senang dibasuh sang surya..
Terombang nyiur dilenakan nirwana dunia..
Hangat senyumnya menyamarkan pijakannya..
Terbius semua oleh liukannya..
Berjuta bukan beberapa, itulah dia..

Duhai sang Kutub pemaku bumi…
Terpuji engkau diujung semedi..
Berdiam dibeku dikudakan norma..
Dipuja dilupakan dielukan dicaci..
Berpaling engkau dari semua..
Nikmati cumbu rindu nyanyian langit..
Sang langit dalam relung yakinmu..

Duhai Khatulistiwa pelintang dunia..
Terpuji engkau diatas suka duka..
Tangis tawa cucu adam hawa..
Selimut hangatkan ciptakan rona..
Cepat putarmu membuat hidup mereka berlari..
Dalam cerianya rotasi bumi..
Dalam timbul tenggelamnya aji-aji..

Dinamika adalah kemenarikan..
Statika adalah kekolotan yang tak mungkin terjadi disini..
Duhai Semesta..
Semua titikmu bergerak dan slalu bergerak..
Berlari dan terus berlari tanpa mau berhenti..
Dua titik tetap diam
Sementara lainnya mengitari menyanyikan lagu humbala..
Berputar bingung pada sumbu kolot itu..
Pada petapa yang tetap diam..
Tetap dingin.. tetap tidak menarik.. tetap membosankan..
tetap terlarut pada rindunya..
Rindu yang tiba kala semua porak poranda..

Semesta berbicara..
Manusia menentukan..

Monday, March 7, 2011

Sajak Seorang Tua untuk Istrinya - WS Rendra

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu..
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.

Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Karena soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
karena setiap orang mengalaminya.


Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samudra,
serta mencipta dan mengukir dunia.

Kita menyandang tugas,
karena tugas adalah tugas.
Bukannya demi surga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.

Karena sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.

Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.

Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.


Kita tersenyum bukanlah karena bersandiwara.
Bukan karena senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi karena senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama, nasib, dan kehidupan.


Lihatlah
Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah
bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
karena usia nampaknya lebih kuat dari kita
tapi bukan karena kita telah terkalahkan.


Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.