Saturday, August 21, 2010

Curahan Hati Usang seorang Alumni ITB

Assalamualaikum Wr. Wb.

Sebagai lulusan dari SMA “gaul” di sebuah kota besar di Indonesia, berhasil masuk di salah satu institusi pendidikan tinggi terbaik bangsa (yang kadang dikenal juga sebagai institusi yang paling arogan di bangsa ini hehehe :p) adalah karunia dan kebanggaan tersendiri. Terlebih ketika saya bersekolah, hanya dikenal sistem ujian masuk bernama UMPTN, dimana prestasi akademik sportiflah yang menjadi visa masuknya. Walhasil, dalam periode perkuliahan ini, saya berkesempatan untuk mengenal orang-orang yang sering euphoria-kan sebagai putra-putri terbaik bangsa.

Alhamdulillah, selama saya berada di sana, saya merasa sangat bahagia. Mungkin ini adalah salah satu periode terbaik dalam hidup saya. Dimana orang benar-benar dihargai dari kepandaiannya, bukan dari kemasannya. Seringkali orang-orang yang super pandai itu, adalah kawan kita si “kucel”, dengan kemeja yang jarang diganti, dengan bekal pas-pasan dari orang tuanya di kampung. Sering kali hati saya tersentuh menemui beberapa diantara mereka karena harus mengganti warung tegal langganan makan siangnya, karena mereka harus menghemat beberapa ratus rupiah untuk menyambung hidup dalam menjemput mimpinya meraih kehidupan lebih baik. Di institusi ini, para mahasiswa yang kebetulan memiliki orang tua berada akan menahan elisitasi keberadaan kemakmurannya, karena mereka tau mereka berhadapan dengan teman-teman dari seluruh penjuru nusantara nan sederhana yang kemampuannya jauh lebih superior dari mereka. Beberapa teman ada yang harus membantu orang tua mereka bertani di kampungnya dulu di kala SMA sembari belajar untuk menjebolkan UMPTN. Berbeda dengan banyak anak kota yang membutuhkan karbitan bimbingan-bimbingan belajar berbiaya juta-juta untuk dapat menembus UMPTN, yang berkesempatan untuk melakukan aktifitas-aktifitas menyenangkan yang seharusnya dimiliki juga oleh setiap putra bangsa pada masa luangnya, seperti bermain bola, bermusik, atau lainnya.


Di sekolah ini anda dapat meraih respek bila anda memang membuktikan diri sebagai yang terpandai, mendandani kemasan diri bersifat materiil hanya akan membuat anda menjadi risi sendiri. Tentunya hal ini jauh dari kebiasaan di SMA saya dulu, dimana kode berpakaian adalah suatu standard keharusan yang menghindarkan diri dari “dosa” pergaulan. Di sini, begitu banyak teman-teman disekiling saya yang jauh lebih pintar, namun sangat rendah hati. Pengalaman-pengalaman seperti ini yang saya pikir membuat banyak lulusan institusi ini menjadi super arogan, mengingat, ternyata keadaan di luar sana begitu berbeda. Dimana banyak orang berusaha untuk terlihat pandai, walaupun mungkin sebenarnya kualitasnya jauh dari apa yang ditunjukan melalui kemasannya.

Sayup-sayup, sejak lama, terdengar berita bahwa banyak perguruan-perguruan negeri tinggi terbaik bangsa terpaksa mengalokasikan kursinya bagi mahasiswa-mahasiswa yang diharapkan bisa menjadi pundi-pundi keberlangsungan operasionalnya. Kabarnya tingkat kesulitan ujian untuk mahasiswa dari jalur ini pun jauh lebih sulit dari jalur biasa. Tak ada yang salah memang, semua institusi berhak untuk tetap berkelangsungan. Namun ketika kesempatan kawan-kawan “laskar pelangi” itu menjadi terkorbankan disitulah letak ketidak-adilan dimulai. Calon mahasiswa dari jalur khusus memiliki dua kali kesempatan dalam memasuki perguruan tinggi negeri, jalur khusus dan jalur biasa. Sedangkan kawan-kawan “laskar-pelangi”, hanya memiliki sekali kesempatan.

Satu titik masalah lain adalah jatah kursi bagi laskar pelangi yang semakin menyusut. Hal ini mengantarkan titik balik bagi kesan perguruan-perguruan tinggi negeri. Perguruan tinggi negeri berubah kesan dari institusi tambatan putra-putri terbaik bangsa menjadi institusi putra-putri “berduit” terbaik bangsa. Satu hal yang perlu dicatat disini adalah kemungkinan besar putra-putri “tidak berduit” terbaik bangsa memiliki kualitas yang tidak kalah, atau bahkan jauh lebih superior, dari putra-putri “berduit” terbaik bangsa. Seperti pada pengalaman yang saya hisap aroma kesegarannya setiap hari selama 5 tahun.

Lulus dengan IPK pas-pasan dari ITB, pada akhirnya saya pun memanfaatkan ketidak adilan dunia ini. Sementara banyak teman saya harus bersegera diri mengkonkritkan diri mencari pekerjaan untuk segera bekontribusi pada keluarganya, dengan memanfaatkan keadaan orang tua saya yang berkecukupan, saya dapat dibiayai sekolah di Jerman untuk tahun pertama. Meskipun setelah itu saya dapat mandiri secara finansial dan alhamdulillah sekarang bekerja sebagai mahasiswa beasiswa s3 di sebuah universitas yang cukup ternama. Walaupun begitu, mata saya selalu berbinar terharu dan merasa rendah diri bila mengingat teman-teman “laskar pelangi” maha pandai semasa kuliah di S1 dulu. Ketika kesombongan akan rahmat Tuhan ini mulai membersit, bila mengingat mereka, saya sadar betul bahwa saya tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka. Saya hanya memiliki kesempatan yang lebih baik, kebetulan keluarga saya tidak terhimpit masalah ekonomi, sehingga saya dapat melenggang-kangkung memilih jalur hidup yang saya suka (dengan izin dan kemurahan Allah swt. tentunya).


Harapan saya, selamatkan perguruan-perguruan tinggi negeri terbaik bangsa hanya untuk mahasiswa-mahasiswa terbaik bangsa, terlepas bagi yang berada maupun yang tidak. Karena sungguhpun bagi yang tidak berduit, hanya “Negeri”-lah (setelah Tuhan tentunya) satu-satunya tambatan harapan mereka. Jangan ambil hak mereka untuk mendapatkan apa yang mereka memang berhak. Biarkan kata-kata “putra-putri terbaik bangsa” tetap menjadi “putra-putri terbaik bangsa” tanpa memandang bulu kata “berduit”-nya.

Terus terang apa yang membuat saya bangga menjadi alumnus ITB adalah pengalaman jiwa saya untuk merasa rendah serendah-rendahnya mengapresiasi diri berkenalan dengan terhadap putra-putra terbaik “laskar pelangi” yang rendah hati namun jauh lebih superior kepandaiannya. Sungguh jengah hati ini melihat almamater saya bermetamorfosis menjadi institusi elitis. Sungguh bila perguruan-perguran tinggi terbaik melakukan filtrasi bakat putra-putri terbaik bangsa ini dengan ukuran materi sebagai salah satu kriterianya, maka ketidak adilan akan memakan akibatnya cepat atau lambat, seperti yang dirasakan saat ini. Maaf bila harus menjadi sedikit politis, menurut pandangan pribadi, keadaan pendidikan Indonesia ketika anggaran pendidikan belum mencapai 20% seperti saat ini, dirasakan jauh lebih adil dibanding kesenjangan pendidikan yang dirasakan saat ini. Justru pada saat anggaran pendidikan untuk APBN 2010 mencapai putaran 200 trilyun rupiah.

Maaf bila sekalilagi harus mengeluarkan pendapat berbau politis yang naif, namun digilasan roda perputaran bangsa yang semakin liberalis, dimana si papa semakin tersisih, tersayat hati ini mengingat saya pernah bersekolah dengan bibit-bibit superior bangsa yang kini keadilan berkompetisinya terenggut sistem seleksi dengan materi sebagai salah satu kriterianya. Semoga bangsa ini tidak melupakan identitasnya, dasar negaranya. Dimana kebebasan dapat diaplikasikan, dengan mendahuluan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial. Bukan sebaliknya, mendahulukan kebebasan dan memberangus nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial.

Tulisan ini tentu ditujukan untuk seluruh perguruan-perguruan tinggi negeri di nusantara, dan kasus ITB saya ambil karena kebetulan saya pernah berkesempatan berkuliah disana. Segala kebenaran hanya datang dari Tuhan Semesta Alam, dan segala kesalahan berasal dari kelengahan penulis sendiri. Wallahu’alam bishawab.


Wassalamualaikum Wr. Wb.
Meditya Wasesa
Alumni "pas-pasan" Teknik Mesin ITB 2000

Tuesday, August 17, 2010

Dirgahayu NKRI ke-65

Selamat ulang tahun ke-65 Negara Kesatuan Republik Indonesia, Semoga identitas bangsa yang ber-Ketuhanan, ber-Kemanusiaan, ber-Kesatuan, ber-Kerakyatan, dan ber-Keadilan tetap dijunjung tinggi hingga akhir waktu. MERDEKA!!!

Sunday, August 15, 2010

7 Langkah Mudah, Hitung Zakat Profesi

Assalamualaikum Wr. Wb.

Selagi bulan Ramadhan, saya ingin berbagi hasil eksplorasi internet berkenaan dengan cara penghitungan zakat profesi. Tidak serumit yang pernah dipikirkan, ternyata cara menghitungnya zakat ini sangatlah mudah. Berikut akan saya bagikan contoh perhitungan zakat profesi dalam 7 langkah mudah hitung zakat profesi.

1. Hitung Nisab.
Nisab zakat profesi yang diqiyaskan ulama dengan zakat hasil pertanian ini adalah sebesar 652,8 kg gabah atau sekitar 520 kg beras. Untuk kasus ini, taruhlah beras biasa dikonsumsi berharga 2Duit/Kg, sehingga hitungan batas nisab zakat adalah 520kg * 2Duit/Kg = 1.040Duit.

2. Hitung Pemasukan Kotor Tahunan.
Taruhlah saya seorang mahasiswa yang mendapat pemasukan dari dana beasiswa sebesar 1.000Duit/Bulan. Maka pendapatan kotor tahunan saya adalah (1.000Duit/Bulan * 12Bulan/Tahun) = 12.000Duit.

3. Bandingkan Nisab dan Pemasukan Tahunan.
Bila pemasukan pertahun jumlahnya lebih kecil dari perhitungan nisab maka saya terbebas dari kewajiban berzakat. Jika yang terjadi sebaliknya, alhamdulillah kita diberi kelimpahan rizki untuk berbagi kemurahan-Nya. Untuk kasus pada contoh ini, kita wajib membayar zakat (12.000Duit > 1.040Duit), dan akan menuju poin 4 untuk melakukan perhitungan selanjutnya.


4. Hitung Pengeluaran Primer Rutin Bulanan Untuk Satu Tahun.
Sekarang, kita akan menghitung pengeluaran rutin primer bulanan. Primer berarti mendasar untuk menunjang hidup dengan cukup. Jadi pengeluaran seperti jalan2x, nonton, beli kamera, dll, tentunya tidak termasuk dalam perhitungan ini hehehe:p. Taruhlah perbulan, wajib zakat harus keluar uang sewa rumah 200Duit, uang makan 75Duit, iuran internet 25Duit, asuransi kesehatan 50Duit, dan uang transport 50Duit. Sumasi total pengeluaran rutin bulanan pada kasus ini adalah (200Duit + 75Duit + 25Duit + 50Duit + 50Duit) = 400Duit. Pengeluaran primer tahunan pada kasus ini adalah (400Duit/Bulan * 12 Bulan/Tahun) = 4.800Duit.


5. Hitung Pengeluaran Primer Tahunan Lainnya.
Selain Pengeluaran diatas wajib zakat ternyata juga harus membayar berbagai tagihan primer lainnya sbb: iuran listrik 100Duit, iuran gas 75Duit, dan pajak kebersihan 25Duit. Jadi total pengeluaran lain-lain tahunan adalah (100Duit + 75Duit + 25Duit) = 200Duit.

6. Hitung Pemasukan Bersih Tahunan.
Pemasukan Bersih Tahunan didefinisikan sbb: "Pemasukan Bersih Tahunan" = "Pemasukan Kotor Tahunan" - ("Pengeluaran Primer Rutin Bulanan Untuk Satu Tahun" + "Pengeluaran Primer Tahunan Lainnya"). Jadi, Pemasukan Bersih Tahunan adalah [12.000Duit - (4.800Duit + 200Duit)]= 7.000Duit.

7. Hitung Zakat Profesi
Berdasarkan pendapat ulama besar Yusuf Qardawi, zakat profesi dapat dihitung dengan basis "Pemasukan Kotor Tahunan" atau "Pemasukan Bersih Tahunan". Bila kita mengambil "Pemasukan Kotor Tahunan" sebagai basis, maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah sbb: 12.000Duit * 2.5% = 300Duit. Bagi yang berpendapatan pas-pasan, maka zakat profesi dapat juga dihitung berdasarkan "Pemasukan Bersih Tahunan", bila kita mengambil patokan kedua ini, maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah sbb: 7.000Duit * 2.5% = 175Duit. Kedua jalan dapat ditempuh tergantung dari jalan yang dirasa mantap (hanya diri kita yang mampu menakar kemantapannya:p), yang tidak elok tentunya tidak menunaikan kewajiban sama sekali hehehe..

Okie, demikian kiranya paparan singkat dari saya. Ayo tunaikan zakat, mari berbagi dengan sesama, manfaatkan ramadhan, lipat gandakan kebajikan :). Semoga dengan berzakat kita akan meraih kebaikan hakiki, sesuai dengan firman-Nya:

[QS. Al-Baqarah 177] "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."

Semoga berguna, wallahu alam bishawab.


Wassalamualaikum Wr. Wb.
Meditya Wasesa

Wednesday, August 11, 2010

Erasmus University Woudestein - Mushola

Assalamualaikum Wr. Wb.

For those of you who are new in Erasmus University Rotterdam (Woudestein Campus), and are looking for Mushola (Moslem's Prayer Room/ Mini Mesjid), the Mushola is located in the N building, 1st floor just right after the entrance door. Click the following map to zoom in:


Okie, see you arround.

Assalamualaikum Wr. Wb.
Meditya